Sejarah desa Tumang
Desa Tumang memiliki sejarah,atau cerita rakyat yang sangat menarik.Cerita ini diyakini dan dipertahankan oleh masyarakat sekitar desa Tumang.Konon pada abad ke 18 kerajaan Mataram kuno,Sang raja melahirkan seorang anak laki-laki.Putra raja tersebut diberi nama Rogosasi.Namun sang putra raja tersebut lahir dalam keadaan cacat dan buruk rupa,sehingga ayahnya Raja mataram 1 merasa malu.Karena hal ini akan mengganggu jalannya kerajaan yang dipimpin.Raja Mataram tersebut akhirnya memutuskan untuk mengasingkan puteranya,Rogosasi.Akhirnya Sang putra diasingkan di lereng gunung Merapi,ia dititipkan kepada seorang kyai yang tinggal disana untuk diasuh.Kyai tersebut bernama Kyai Wonosegoro.
Kelak setelah dewasa dan bisa mandiri pangeran Rogosasi memisahkan diri dan membentuk desa sendiri yang kemudian Dia beri nama desa Tumang.
Dalam merintis desa Tumang Pangeran Rogosasi dibantu oleh 4 abdi dalem keraton.Utusan pertama keraton mengajari masyarakat sekitar membuat keris.Selang beberapa tahun lagi datang utusan Raja Tumang mengajari masyarakat cara membuat pakaian keraton dari perak.Kemudian utusan ke 3 datang mengajari cara membuat peralatan rumah tangga.Dan utusan ke 4 mengajari masyarakat sekitar ketrampilan cara menjahit.Keempat ketrampilan tersebut sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Tumang.
Kyai Rogosasi yang dipercaya sebagai pelindung desa Tumang sampai saat ini makamnya masih terus di ziarahi oleh masyarakat dari berbagai penjuru.
Desa Tumang sebagai Sentra Kerajinan Tembaga
Salah satu yang menonjol dari desa Tumang adalah kemampuan masyarakatnya dalam membuat berbagai kerajinan dari tembaga.Tumang memang merupakan sentra kerajinan tembaga yang sudah berlangsung turun temurun.Dahulu pada zaman kerajaan mataram kuna mereka dipercaya untuk menyuplai kebutuhan dari tembaga ke dalam keraton maupun kebutuhan diluar keraton.Mereka juga dipercaya untuk membuat peralatan perang kerajaan.Saat ini masyarakat desa Tumang secara umum bisa dikelompokan dalam beberapa katagori dalam hal kerajinan yang mereka hasilkan.Sebagian dari mereka pengrajin ukir tembaga,sebagian yang lain penghasil alat dapur dari alumunium,dan pengrajin alat rumah tangga dari tembaga.
Karena keinginan pasar yang terus berkembang, khususnya dalam variasi produk, maka para pengrajin Desa Tumang mulai mengkombinasikan produknya dengan logam lain, seperti kuningan. Bahkan saat ini, beberapa pengrajin mulai mengujicobakan produk tembaga mereka dengan mengkombinasikannya dengan alumunium.
Hingga akhir tahun 1986, para pengrajin tembaga di Desa Tumang masih menjadikan produk kerajinan rumah tangga yang berupa dandang dan kenceng sebagai produk andalan mereka. Seiring perkembangan zaman, ketika produkproduk alat rumah tangga tergantikan dengan produk-produk berbahan baku dari plastik, maka produk rumah tangga dari tembaga pun mulai surut.
Maka dimulailah inovasi baru dalam penciptaan produk mereka, tidak hanya sebatas produk rumah tangga (http:/ukm-bd.com, 4 April 2008). Saat ini, Desa Tumang telah menjadi salah satu sentra industri kerajinan tembaga terbesar di Jawa Tengah.
Desa Tumang yang merupakan salah satu sentra kerajinan tembaga di Jawa Tengah, dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata. Dalam uraian di bawah ini, akan di uraikan terlebih dahulu mengenai definisi dari Desa Wisata, maksud dan tujuan pengembangan Desa Wisata, karakterististik Desa Wisata, komponen dan kriteria suatu desa untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata, tipe pasar (wisatawan) Desa Wisata, dan tipe Desa Wisata. Ketika kita mengunjungi Tumang Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah tepatnya di daerah lereng gunung merapi, sempatkan untuk berhenti di desa kerajinan tembaga dan kuningan Tumang Cepogo Boyolali.
Kerajinan kuningan dan tembaga memang banyak dihasilkan di Tumang, yang juga merupakan sebuah desa wisata yang mengkhususkan diri dalam industri kerajinan ini. Industri kerajinan kuningan tembaga di Tumang ini terdiri dari beberapa industri yang melayani atau memproduksi kerajinan dalam jumlah besar dan kecil.
Kerajinan logam tembaga saat ini telah berkembang ke arah pembuatan produk bernilai seni tinggi yang bisa di-customize, khususnya untuk perlengkapan eksterior dan interior perkantoran, villa, Hotel, SPA dan lain-lain. Selain itu, tidaklah sulit mencari perajin tembaga di Tumang, karena dari sekitar 7.000 jiwa, lebih dari 90 persen warganya adalah perajin. Sehingga banyak pengusaha kerajinan kuningan tembaga tumbuh dengan produk berorientasi ekspor. Oleh pemerintah setempat desa Tumang dijadikan kawasan wisata kerajinan tembaga logam dan juga sebagai Klaster Kerajinan tembaga.
Pada dasarnya, kerajinan logam ini menampilkan karya seni relief kaligrafi dan gambar dengan berbagai motif dan tema yang pada umumnya hampir memiliki kesamaan dengan motif-motif relief lain terutama motif pada seni relief ukir. Sehingga saat ini hasil dari Kerajinan Logam ini di gunakan sebagai ornamen untuk menghiasi suatu tempat atau memperindah suatu ruangan, bukan sekedar untuk peralatan rumah tangga. Harga hasil kerajinan handicraft ini relatif murah dan terjangkau karena berkisar antara 250 ribu sampai 1 juta, tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar